Kitab Suci: Surat Cinta Tuhan yang Dikodekan

Jeffrie Gerry
0

 


📖 Kitab Suci: Surat Cinta Tuhan yang Dikodekan

Refleksi Kristiani atas Firman yang Hidup


I. PENDAHULUAN: MENGAPA KITA PERLU MEMBACA ALKITAB?

Setiap orang mencari makna hidup. Dalam pencarian itu, manusia sadar bahwa hidup ini bukan sekadar soal lahir, tumbuh, bekerja, dan mati. Ada kerinduan terdalam yang tak terucapkan: untuk dicintai, dimengerti, dan menemukan tujuan. Dan dalam iman Kristen, kerinduan itu dijawab oleh Allah yang lebih dahulu mencintai kita, lalu mengungkapkan kasih-Nya melalui Firman yang menjadi manusia—Yesus Kristus—dan melalui Firman tertulis—Alkitab.

Alkitab bukan buku biasa. Ia bukan sekadar kumpulan sejarah atau puisi. Ia adalah surat cinta dari Allah kepada umat-Nya, yang mengandung kebenaran abadi, namun juga dikodekan secara rohani, sehingga hanya dapat dibaca sepenuhnya oleh hati yang terbuka, bukan hanya akal yang cerdas.


II. APA ITU KITAB SUCI (ALKITAB) DALAM PENGERTIAN IMAN KRISTEN?

1. Alkitab adalah Firman Allah

Dalam 2 Timotius 3:16 tertulis:

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran.”

Alkitab bukan sekadar tulisan manusia, melainkan hasil ilham Roh Kudus kepada para penulis yang hidup dalam konteks sejarah dan budaya tertentu, namun menyampaikan pesan kekal.

2. Alkitab adalah Kisah Kasih Allah

Dari Kejadian hingga Wahyu, Alkitab adalah satu kisah besar: tentang Allah yang menciptakan manusia, manusia jatuh dalam dosa, lalu Allah berinisiatif menyelamatkan melalui Yesus Kristus.

Ini adalah kisah cinta yang tak berhenti, meski umat-Nya seringkali tidak setia. Alkitab menunjukkan Allah yang terus mengejar umat-Nya dengan kasih yang radikal.

3. Alkitab adalah Surat Pribadi

Meskipun Alkitab ditulis untuk semua orang, namun setiap orang dapat merasakannya sebagai surat pribadi dari Allah. Ada ayat yang terasa seperti berbicara langsung kepada hati kita—karena memang Roh Kudus berbicara melalui firman itu kepada situasi pribadi kita.


III. MENGAPA “DIKODEKAN”? APA ARTINYA?

1. Bukan dalam Arti Tersembunyi Mistis

Dikodekan bukan berarti Allah menyembunyikan maksud-Nya dalam teka-teki. Tapi maksudnya: pesan Allah seringkali tidak langsung terbuka bagi akal rasional saja. Dibutuhkan hati yang rendah, iman yang hidup, dan terang Roh Kudus untuk menangkapnya.

“Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah kebodohan.” (1 Korintus 2:14)

Contohnya:

  • Perumpamaan Yesus sering tidak langsung dimengerti para murid, bahkan oleh yang sudah dekat dengan-Nya.

  • Salib Kristus bagi banyak orang dianggap kegagalan, padahal justru di situlah kemenangan cinta Allah.

2. Allah Menginginkan Hubungan, Bukan Sekadar Informasi

Allah menyampaikan pesan-Nya dalam bentuk yang menuntut kita untuk mendekat, merenung, dan berdialog. Ia tidak sekadar memberi “manual hidup”, tapi mengajak kita dalam relasi. Maka, membaca Alkitab harus dengan doa, keheningan, dan keterbukaan hati.


IV. BAGAIMANA MEMBACA KITAB SUCI SEBAGAI SURAT CINTA?

1. Bukan Sekadar Teks, Tapi Suara

Alkitab harus dibaca bukan hanya sebagai teks tertulis, tapi suara Allah yang hidup. Maka kita membaca dengan:

  • Hati yang siap disentuh

  • Pikiran yang mau dibentuk

  • Telinga rohani yang mau mendengar

2. Menjadi Perjalanan, Bukan Sekadar Proyek

Banyak orang membaca Alkitab seperti target akademik. Tapi sesungguhnya, membaca Alkitab adalah perjalanan rohani seumur hidup, di mana setiap kali membaca, Tuhan bisa memberi makna baru.

3. Tafsir Harus Berakar pada Kristus

Yesus berkata:

“Kamu menyelidiki Kitab Suci... tetapi kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup.” (Yohanes 5:39-40)

Artinya, semua tafsir Kitab Suci harus berpusat pada Kristus. Tanpa Kristus, kita bisa menjadikan Alkitab sebagai senjata untuk menghakimi, bukan sarana kasih.


V. APA YANG KITA PELAJARI DARI SURAT CINTA TUHAN INI?

1. Allah Itu Dekat dan Peduli

Lewat kisah-kisah Alkitab, kita tahu bahwa Allah bukan pribadi jauh di awan, tapi Tuhan yang berjalan bersama kita—seperti dengan Musa, Daud, Maria, Petrus, dan Paulus.

2. Kasih Allah Tidak Bersyarat

Dari kisah anak yang hilang (Lukas 15), sampai pengampunan Yesus di salib, kita tahu bahwa kasih Allah tidak pernah menghilang, sekalipun kita jauh.

3. Hidup Kita Bernilai

Mazmur 139 menunjukkan bahwa kita dikenal dan dikasihi Allah sejak dalam kandungan. Kita tidak lahir karena kebetulan. Hidup ini punya maksud dan arah.

4. Kita Diundang untuk Menjadi Citra-Nya

Alkitab bukan hanya memberitahu siapa Tuhan, tapi juga siapa kita. Kita adalah gambar Allah (Imago Dei)—dipanggil untuk hidup dalam kasih, pengampunan, dan pengharapan.


VI. BAGAIMANA KITAB SUCI MENYENTUH HIDUP SEHARI-HARI?

1. Dalam Penderitaan: Memberi Pengharapan

Mazmur 23, Roma 8:28, dan Yesaya 40 memberi penguatan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Surat cinta-Nya mengingatkan: penderitaan bukan akhir.

2. Dalam Keputusan: Menjadi Kompas

Amsal, Yakobus, dan pengajaran Yesus memberi prinsip bijak dalam pengambilan keputusan. Firman menjadi pelita bagi kaki kita (Mazmur 119:105).

3. Dalam Relasi: Menjadi Cermin Kasih

1 Korintus 13, Yohanes 13:34, dan Kolose 3 menunjukkan bagaimana kasih sejati bukan perasaan, tapi tindakan. Firman Allah menuntun kita hidup dalam relasi yang saling membangun.


VII. PENUTUP: JADIKAN FIRMAN SEBAGAI HIDUPMU

Surat cinta Tuhan tidak berhenti di teks. Firman itu menjadi manusia—Yesus—dan kini ingin hidup dalam kita.

“Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.” (Yohanes 1:14)

Jangan sekadar membaca, hafal, atau tahu. Tapi hidupi Firman itu:

  • Dalam cara kita berbicara

  • Dalam cara kita mengampuni

  • Dalam cara kita memperlakukan orang kecil

  • Dalam kesetiaan kita pada kebenaran meski sendirian

Ketika kita hidup dalam firman, kita tidak hanya membaca surat cinta Tuhan—kita menjadi surat cinta Tuhan bagi dunia yang haus makna dan pengharapan.


Pesan Penutup untuk Renungan Pribadi / Kelompok:

  1. Apa “surat cinta” dari Tuhan yang paling menyentuh hatimu akhir-akhir ini?

  2. Bagaimana cara kita membaca Kitab Suci dengan hati yang terbuka, bukan hanya dengan mata yang cepat?

  3. Dalam hal apa hidupmu sudah mulai menjadi surat cinta bagi orang lain? Dalam hal apa kamu masih bergumul?


By Japra

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)